Facebook. Jenis jejaring sosial tersebut nampaknya tak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari Socialbaker, Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India dengan jumlah pengguna 43,06 juta. Sungguh luar biasa bukan? Bayangkan jika jutaan pengguna tersebut mau membantu memperkenalkan Indonesia ke kancah Internasional. Pasti hasilnya tidak akan mengecewakan. Jumlah turis domestik dan mancanegara di Indonesia akan meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Sayangnya, saat ini hanya beberapa orang saja yang peduli dan mau mempromosikan Indonesia sekaligus melestarikan nilai budaya bangsa Indonesia. Nah, untuk mempelopori hal itu, generasi muda perlu melakukan hal-hal sederhana dan dianggap sepele namun ternyata dapar memberikan sugesti kepada masyarakat Indonesia lain untuk bangga terhadap  tanah air.

Rasa nasionalisme akan muncul dan berkobar di tengah dunia maya. Hal-hal sederhana tersebut misalnya dengan cara memakai foto profil saat kita sedang mengenakan pakaian adat, membuat fanspage atau group misalnya fanspage untuk BATIK dan group KULINER INDONESIA. Bisa juga dengan kita share foto atau video mengenai kegiatan yang menonjolkan budaya khas negara kita, seperti perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus ,atau seperti perayaan hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, dan lain-lain. Terlebih lagi, banyak operator telepon seluler menawarkan kemudahan facebook-an di handphone dengan tarif yang bersaing. Maksudnya, operator telepon seluler berlomba-lomba menarik perhatian masyarakat dengan memasang tarif yang murah. Tanpa hal tersebut pun, hadir pula penyedia layanan facebook gratis dengan situs www.0.facebook.com. Melalui situs tersebut, kita dapat facebook-an dimapun dan kapanpun tanpa dipungut biaya sepeserpun. Jika sudah dimudahkan seperti itu? Alasan apa lagi yang membuat kita tetap malas mempromosikan Indonesia?
artikel lainnya : jual rendang kemasan
 
Karena Indonesia terletak di kawasan beriklim tropis, maka sejak dahulu masyarakat Indonesia telah memanfaatkan berbagai kekayaan tanaman tropis seperti kelapa. Salah satu ciri khas masakan Indonesia adalah  banyak memakai santan, seperti rendang padang, soto, sayur lodeh, opor ayam, serta minuman ringan seperti cendol dan es doger. Santan tidak hanya milik masakan Indonesia, karena santan juga dikenal dalam seni memasak India, Samoa, Thailand, Malaysia, Filipina, hingga Brasil. Meskipun demikian santan sangat sering digunakan dalam masakan Indonesia, terutama pada masakan Minang, sementara pada masakan Minahasa santan jarang digunakan dalam masakan, kecuali beberapa kue seperti klappertart.

Ada dua jenis santan dalam masakan Indonesia, santan encer dan santan kental. Perbedaan ini  berdasarkan kadar air  yang  dikandungnya. Santan encer biasanya digunakan untuk sayur berkuah seperti lodeh dan soto, sementara santan kental digunakan untuk rendang dan aneka kue dan penganan ringan. Santan dapat diperoleh dari parutan kelapa segar di pasar atau dalam kemasan karton di pasar swalayan.

Setelah sari kelapa diperoleh dan menjadi santan, ampas parutan kelapa dapat digunakan sebagai urap, dibumbui dan dicampur sayuran. Urap mirip gado-gado, perbedaanya adalah bumbu kacang diganti menjadi bumbu parutan kelapa. Ampas kelapa juga dapat disangrai dan dibumbui menjadi serundeng.  Akan   tetapi   untuk   mendapatkan  hasil   yang   lebih   gurih, sebaiknya jangan menggunakan ampas kelapa, tetapi kelapa segar yang masih mengandung sarinya. Serundeng parutan kelapa berbumbu ini dapat dicampur irisan daging atau ditaburkan begitu saja di atas soto atau ketan. Salah satu contoh penggunaan santan yang kaya adalah "Buras" dari Makassar, beras ketan dibungkus daun pisang dan dimasak dalam santan, kemudian ditaburkan kelapa parut berbumbu pedas mirip serundeng.

 
Hadirnya kuliner di suatu daerah, tak lepas dari cerita rakyat atau yang disebut juga dengan legenda maupun mitos-mitos tertentu. Surabaya yang telah lama dikenal memiliki banyak kuliner unik, yang salah satunya adalah lontong balap, pun tak lepas dari mitos-mitos berbumbu legenda tersebut.

Sekilas mungkin orang manca Surabaya sudah dapat menebak, kenapa sih kok dinamakan lontong balap? Pasti karena ada yang berkaitan dengan balapan (adu kecepatan). Lha, apa mungkin sebuah lontong bisa adu kecapatan. Tentu bukan lontongnya yang saling unjuk kebolehan, melainkan si worker-nya, atau si penjualnya yang ‘balapan’, sehingga kemudian muncul istilah lontong balap ini.

Memang, awalnya lontong balap dijajakan oleh para penjualnya dengan memikul dagangannya. Dua sisi pikulan kanan-kiri,satu berisi kemaron (yang memuat kuah, sisi lainnya sebagai tempat kebutuhan lainnya misalnya lontong, taoge, dll. Mengapa kok harus balapan? Sebenarnya bukan balapan, tapi memang langkah para penjual ini tergolong cepat. Bisa jadi agar mereka segera cepat sampai yang mau dituju, mengingat pikulan yang disandang tidaklah ringan, sehingga semakin cepat sampai maka akan mengurangi bebannya pula.

Namanya juga lontong balap, tentu tampilan menu ini identik dengan lontong. Dalam suguhannya, lontong balap dihidangkan dalam sebuah mangkuk atau piring, irisan lontong diletakkan di atasnya, ditambah tauge, irisan lentho, tahu goreng kering, disiram kuahnya, ditaburi bawang goreng, ditambah lagi kecap manis bagi yang suka plus sedikit sambal petis hitam, dan siap dihidangkan deh. Semakin pas dengan beberapa tusuk sate kerang sebagai pendamping menyantapnya. Makanya, ketika di luar kota ada penggemarnya mendapati sajian lontong balap hanya berisi dua potong irisan lontong dia langsung berkelakar dengan mengatakan, ”wah, kalo ini sih namanya tauge balap, karena banyakan taogenya daripada lontongnya. Masak sih lontongnya cuma dua iris.”

Cita Rasa dan Khasiat

Bicara tentang cita rasanya, lontong balap termasuk menu yang tidak terlalu berat. Artinya hidangan ini benar-benar cocok sebagai jajanan seperti halnya bakso, bukan hidanga rumahan sehari-hari. Kuahnya juga termasuk sederhana namun bercitarasa sedap penuh gizi, karena dihasilkan dari kaldu daging. Sumber vitamin lainnya juga bisa didapat dari lontong balap bersumber dari tauge rebusnya. Karena taoge sendiri merupakan sumber vitamin C yang cukup bagus, yakni mengandung 15 mg per 100 gramnya. Tauge juga kaya vitamin E (alfa-tokoferol) sehingga diyakini mampu meningkatkan kesuburan. Selain itu, tauge pun memiliki kandungan zat anti kembung sehingga baik untuk penceranaan.

Selain tauge, dalam menu lontong balap terdapat juga kandungan gizi lain yang bersumber dari petis hitamnya. Sebagaimana telah banyak diketahui bahwa petis memiliki kandungan protein petis cukup tinggi (15-20 g/100 g), sekaligus sebagai pembangkit cita rasa. Pada petis terkandung juga kalsium, fosfor, dan zat besi, masing-masing sebanyak 37, 36, dan 3 mg per 100 g.

Nah, tak salah bila banyak orang menyukai lontong balap ini. Selain cira rasanya sedap dan unik, kandungan vitamin dan gizinya pun cukup untuk menunjang kesehatan. Maka tepat sekali bila tahun ini salah satu produk kecap mengusungnya sebagai salah satu ikon jajanan untuk event kulinernya. So, lontong balap memang punya cerita tersendiri dalam bagiannya sebagai kuliner khas Surabaya. Terbukti dalam salah satu syair lagu lawas pop jawa yang dibawakan oleh Mus Mulyadi, ada yang menyitir makanan khas Surabaya ini dalam lagu ”Semanggi Suroboyo.... Lontong Balap Wonokromo....” Kini, tinggal bagaimana kita semua kian mempopulerkan menu spesial khas Surabaya ini kepada masyarakat luar Surabaya bahkan dunia.

kalo di surabaya ada lontong balap, di jakarta ada rendang ( bukan rendang balap ) :D.. tapi rendang kaleng.. rendang yang satu ini bisa di pesan secara online. wah.. sudah mulai maju ya dunia kuliner kita.. masa rendang aja di pasarkan secara online.. hihihi